Pengetahuan umum tentang dasar - dasar ilmu geologi , pengamatan dan analisa umum serta pola pikir. Merupakan gabungan atau kumpulan, ringkasan serta hasil karya penulis sebelumnya dan saya sendiri. Diharapkan blog ini bisa menjadi sarana berbagi ilmu, jalur tukar pikiran dan pendapat serta pengalaman mengingat besar dan luasnya cakupan keilmuannya.
" PANGEA"
Sabtu, 19 Desember 2015
Ekstraksi (Pengolahan) Bijih Metode Heap Leach
HEAP LEACH
Gambar 1 : Skema Metode Ekstraksi Heap Leach
Heap memiliki arti tingkatan / undakan / terasering /
sengkedan, dan leach berarti pelarutan / pencucian. Arti umum dari "Heap Leach" adalah proses pengolahan batuan mengandung mineral logam yang dilakukan tanpa
melalui proses mekanis terlebih dahulu. Proses ini dilakukan dengan
cara menyiram tumpukan batuan berjumlah besar / raw material dengan bahan kimia
pelarut.
Hasil dari proses "Heap Leach" adalah larutnya logam-logam yang diinginkan, terionisasi bersama larutan kimia yang
disiramkan. Akibat dari sifat cairan yang mencari tempat paling rendah, maka
larutan logam tersebut terkumpul dalam kolam penampung cairan.
Setelah beberapa waktu, yang diperkirakan larutan telah
kaya akan ion-ion logam yang dinginkan, dilakukan proses penyerapan ion ke
dalam bahan penyerap (adsorbent), hingga adsorbent mengalami penyerapan
maksimal. Sementara adsorbent telah kenyang (jenuh), proses penyiraman tumpukan tetap
dilakukan, menggunakan aliran pelarut yang bersirkulasi secara terus-menerus. Proses penyiraman baru dianggap selesai jika biaya produksi telah menyamai
nilai dari hasil pengolahan (keuntungan nol). Pada titik ini, tingkat recovery
/ perolehan logam yang dinginkan sudah berkisar 55% – 60% dari total kandungan
logam dalam batuan.
Pada proses "Heap Leach" batuan yang mengandung emas dilarutkan menggunakan Sianida
sebagai pelarut, tingkat perolehan sebesar 60% dapat tercapai selama kurang
lebih 114 hari. Proses ekstraksi ion dari kolam penampung dapat terus dilakukan
secara berkala, yang waktunya tergantung jumlah (volume) bahan baku dan nilai
kandungan logam dalam batuan yang diproses. Artinya, proses leaching terus
berlangsung selama 114 hari, namun hasil dari proses penyiraman dapat diperoleh
setiap saat (tanpa menunggu proses penyiraman selesai). Agar hasil produksi
tetap menguntungkan, dibutuhkan jumlah bahan baku yang cukup banyak.
Makin besar volume tumpukan bahan baku, makin luas lahan
yang dibutuhkan sebagai dasar dari tumpukan. Agar penggunaan lahan bisa
dibatasi, maka tumpukan ditinggikan dan dibuat undakan (untuk menghindari
resiko longsor). Inilah mengapa teknologi penyiraman disebut dengan istilah
“Heap Leach”.
Proses "Heap Leach" dapat dipercepat melalui berbagai
rekayasa kimiawi terhadap bahan baku yang sedang diproses. Penggunaan oksidator
kuat sebagai teknik liberalisasi awal merupakan salah satu terobosan yang dapat
dilakukan sebelum proses leaching dilakukan. Penggunaan berbagai variasi
katalis juga dapat membantu mempercepat siklus penyiraman sehingga waktu
berakhirnya proses penyiraman dapat dipersingkat menjadi hanya 1 bulan.
Terapan Penyiraman di Lapangan
Gambar 1 : Skema Metode Ekstraksi Heap Leach
Akibat minimnya informasi yang diperoleh para calon
pengusaha (yang pada umumnya bermodal kecil) tentang teknologi ini,
mengakibatkan sebagian besar dari mereka justru mengalami kerugian dalam
penerapannya.
Secara teori dan aplikasi yang benar dan tepat, biaya
produksi jauh lebih kecil dibanding proses yang konvensional (pelumpuran
batuan, dan selanjutnya digolah menggunakan reaktor/tong). Artinya, jika menggunakan kaidah-kaidah yang
tepat, proses heap leach / penyiraman yang menggunakan sianida sebagai pelarut,
pasti menghasilkan keuntungan (yang sudah bisa diperkirakan sebelum proses
pengolahan dilakukan).
Namun dalam ribuan praktek yang dilakukan, justru 99% dari
pengolahan terus mengalami kerugian, yang tak kunjung tergantikan. Hanya 1 %
yang memperoleh keuntungan, yaitu person-person yang menjual teknologi ini,
serta para penjual bahan-bahan kimia yang dibutuhkan.
Kongkalikong antara para “penjual jasa pengolahan” yang
menganggap diri sebagai ahli, dan para penjual jasa kimia di lapangan,
mengakibatkan para pendatang baru tertarik akan teknologi yang ditawarkan,
meskipun secara keilmuan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan
bahan-bahan dengan nama-nama yang menghebohkan, semacam “obat tetes” yang
dijual dengan harga tinggi, justru menjadi salah satu daya tarik bagi
calon-calon pengusaha rugi, yang tanpa pikir panjang bersedia memodali usaha
tersebut.
Akibat dari ditabraknya kaidah-kaidah keilmuan oleh para
pengolah yang mengaku-akuahli, atau bisa dikatakan sebagai para penjual
jasa keahlian, menghasilkan kerugian para pengusaha kecil, mulai dari
puluhan juta rupiah, hingga milyaran rupiah per orangnya.
Sungguh sangat disayangkan, kurangnya perhitungan dan
pemahaman dalam ilmu pengolahan mineral logam (umumnya emas), mengakibatkan
munculnya ribuan mantan-mantan pengusaha (yang terjadi akibat kebangkrutan).
Mantan-mantan pengusaha di sektor pertambangan ini terus bermunculan dari waktu
ke waktu, alias patah tumbuh hilang berganti.
Sebenarnya teknologi “Heap Leach” sangat tepat digunakan
pada industri pengolahan bijih nikel. Hasil penelitian dan pengembangan yang
dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian mineral menyimpulkan, teknologi heap
leaching hanya membutuhkan investasi yang jauh lebih murah, kecepatan
pembangunan pengolahan yang jauh lebih cepat, dan biaya pengolahan yang 75%
lebih murah dibanding pengolahan menggunakan smelter.
Proses Pengolahan
Bijih
yang telah dihancurkan dialiri dengan larutan encer alkali sianida. Larutan
yang mengandung logam mulia yang terlarut (Pregnant Solution) terus meresap
melalui bijih hingga mencapai “liner” di bagian bawah tumpukan yang selanjutnya
mengalir ke penyimpanan (kolam).
Setelah
memisahkan logam mulia dari larutan yang mengandung logam mulia (Pregnant
Solution) larutan Sianida biasanya digunakan kembali dalam proses “Heap Leach”
atau dibuang ke fasilitas pengolahan air industri.
Di
daerah curah hujan yang sangat tinggi, seperti daerah tropis, dalam beberapa
kasus ada penembahan air ke dalam fasilitas pengolahan limbah yang bisa
menyebabkan pencemaran air jika pengolahan air limbah tidak dilakukan dengan
benar (meluap, liner bocor, dll).
Produksi
emas melalui metode ini, dapat menghasilkan 20 ton bahan limbah.
Selama
fase ekstraksi, ion emas membentuk ion kompleks dengan sianida:
Au+
(s) + 2CN-
(aq) à
Au (CN)2 - (aq)
Pemisahan
ion emas menggunakan prinsip reaksi redukisi dan oksidasi (redoks) seperti persamaan
reaksi di bawah ini:
2AU
(CN)2- (aq) + Zn (s) à
Zn (CN)4 - (aq)
+ 2AU (s)
Metode
yang paling umum untuk memisahkan emas dari larutan yang baik yaitu dengan menggunakan karbon aktif untuk penyerapan
selektif atau dengan proses
Merrill-Crowe dimana bubuk seng (Zn) ditambahkan untuk menyebabkan pengendapan
emas dan seng. Produk akhir dapat berupa doré (AuAg) atau lumpur seng-emas (AuZn). Pemisahan logam emas dari
campuran lain (pemurnian) akan dibahas selanjutnya.
Langganan:
Postingan (Atom)