1 ADA APA DENGAN DAERAH PENELITIAN SAUDARA?
Daerah penelitian untuk tugas akhir,
sekalipun itu terletak sekitar Kota Yogyakarta atau jauh di Kalimantan atau
Sumatera sudah dapat dipastikan bahwa daerah-daerah tersebut pernah diteliti
dan dipetakan geologinya. Meskipun demikian, bagi mahasiswa peserta tugas akhir
harus menganggap seolah-olah baru pertama kali melakukan pemetaan geologi. Oleh
karena itu, perolehan data yang ada harus diperlakukan sebagai nara sumber.
Akibat dari sikap seperti itu, maka hasil
pemetaan geologi yang dibuat:
1.
Hasilnya harus lebih baik dari yang pernah dilakukan sebelumnya, syaratnya
apabila dilakukan lebih teliti (kecenderungan saat ini, masalah ketelitian
terlupakan atau dilupakan?).
2.
Hasilnya sama atau kurang lebih sama dari pemeta sebelumnya, artinya tidak ada
nilai tambah atau tidak ada sesuatu yang baru (kalau begini, artinya biasa
saja, siapa pun bisa).
3.
Hasilnya lebih jelek dari sebelumnya, karena dilakukan secara kurang teliti
(ini baru luar biasa, buruknya!).
Kepada peserta tugas akhir diharapkan
hasilnya harus lebih baik dan ada sesuatu yang baru, karena:
1.
Medan yang lebih memungkinkan kesampaiannya, karena ada orang yang pernah
kesana atau melakukan penelitian.
2.
Perolehan data yang lebih banyak (maksimal) karena sudah tersedia laporan
terdahulu.
3.
Adanya teknologi pemrosesan data yang lebih baik pada saat ini, karena Saudara
bekerja sudah dibantu komputer.
Disamping itu, perlu didukung dengan
menerapkan hal-hal di bawah ini agar timbul hal-hal yang baru, yaitu:
1.
Menerapkan metode geologi lapangan yang lebih baik dan teliti (oleh karena itu
diberi pembekalan oleh pembimbing mengenai materi gelogi lapangan,
geomorfologi, petrologi, stratigrafi, geologi struktur dan berbagai kajian
pustaka terpilih.
2.
Meningkatkan kemampuan mengumpulkan data yang lebih maksimal (ingat, kesempatan
mengikuti tugas akhir ini seharusnya adalah yang pertama dan terakhir bagi
Saudara dengan hasil sangat baik tentunya).
3.
Memunculkan kreativitas dan menggunakan metode analisis yang tepat, sesuai dan
disertai penerapan model-model. Saudara didukung oleh kerja pustaka, lapangan,
laboratorium dan studio serta akan didampingi oleh dosen pembimbing.
Langkah-langkah yang perlu
diperhatikan:
1.
Pelajari keadaan daerah penelitian Saudara, cari informasi cara pencapaiannya,
keadaan geografinya dan latar belakang sosial budaya penduduknya.
2.
Siapkan peta dasar, utamakan berskala besar, lalu ditafsirkan.
3.
Siapkan informasi geologi dari laporan terdahulu, literatur atau informasi
orang yang pernah bekerja disana (hubungi kakak kelas atau dosen-dosen Saudara,
bukan hanya pembibing formal saja).
4.
Jauh lebih penting dan mendasar adalah cara-cara mengenal batuan dan
mengelompokkan batuan, karena geologi lapangan pada dasarnya adalah melakukan
pengamatan terhadap batuan.
Apabila pemikiran dasar seperti di atas
dapat dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan akan menghasilkan seorang
sarjana geologi yang berkualitas, akibatnya Saudara menjadi lebih mampu
bersaing dan semoga kelak dapat berpenghasilan tinggi, amin. Untuk itu, kepada
Saudara dituntut harus memiliki:
1.
Pengetahuan faktual, antara lain:
a.
Ilmu pengetahuan dasar geologi (geomorfologi, petrologi, stratigrafi, struktur
geologi).
b.
Ilmu pengetahuan terapan geologi (misal: perencanaan eksplorasi, teknologi
batubara, endapan mineral, geofisika eksplorasi dll).
c.
Pengetahuan empirik (prosedur perancangan, model, penampang, profil dll).
d.
Pengetahuan lain (ilmu sosial, pengetahuan budaya, manajemen/ekonomi,
lingkungan dll).
2.
Keterampilan, antara lain memiliki kemampuan:
a.
Merancang, daya cipta, pertimbangan, simulasi, eksperimen, pencapaian
kesimpulan, komputasi, optimasi, pengumpulan fakta dan informasi, penalaran,
komunikasi dan bekerjasama.
3.
Sikap mental, antara lain mempunyai:
a. Sikap
jujur dapat dipercaya, adil terhadap data atau fakta, sikap bertanya, obyektif
(berorientasi masalah), sikap profesional, bersifat tebuka dan tidak mudah
percaya.
b. Buang
jauh-jauh budaya katanya, umumnya atau biasanya, apalagi tidak dapat menyebut
sumber pustaka/bacaan. Hindari orang-orang seperti itu, karena tidak akan
membuat Saudara maju atau terpacu.
4.
Keinginan meningkatkan kemampuan diri, antara lain:
a.
Memupuk pengalaman, membaca buku (literatur pokok maupun pelengkap, majalah
ilmiah profesi), mengikuti seminar, lokakarya profesi, kolokium dll.
b.
Hadirilah kolokium atau seminar mahasiswa sesering mungkin dengan kesungguhan,
itu lebih baik daripada kongkow di bawah pohon dengan pokok pembicaraan yang
tidak jelas.
Sesungguhnya tugas akhir merupakan
penelitian geologi dan bukan untuk menguji kebenaran atau kesalahan dari
peneliti terdahulu, tetapi lebih merupakan upaya menerapkan semua pengetahuan
yang pernah diperoleh selama ini di perkuliahan dan laboratorium untuk
dituangkan dalam laporan geologi yang diperoleh dengan melaksanakan skripsi
atau kerja geologi lapangan. Secara keseluruhan adalah melakukan pemetaan geologi
berdasarkan kerja geologi lapangan.
Jadi muara dari semua ini adalah:
1.
Menghasilkan ahli geologi yang berkualitas, mandiri dan bersikap. Mahasiswa
bekerja secara “individu” (bukan kelompok, apalagi ITT=ita itu), artinya
memiliki daerah sendiri, memiliki buku lapangan sendiri, merekam data sendiri,
menganalisis sendiri, membuat peta sendiri, meskipun selama kerja lapangan
berjalan secara beregu, diskusi dengan teman atau dalam pembimbingan.
2. Mampu
membuat peta geologi (peta lintasan pengamatan, peta geomorfologi dll) yang
baik dan benar, tentunya dengan menerapkannnya sesuai kaidah-kaidah geologi.
Sesuai firman Tuhan dalam surat (58) Al
Mudjaadilah ayat 11, yaitu “…Allah mengangkat orang yang beriman diantara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat …”. Atas dasar
tersebut, maka profil seorang ahli geologi (explorationist?) yang diharapkan
adalah dapat:
1. Sebagai pengabdi profesi
-
Pengamat yang tajam dan penganalisa kritis.
-
Cepat tanggap dan peka, tetapi tidak cepat percaya.
-
Memiliki sikap bertanya (rasa ingin tahu) dan obyektif yang berorientasi
masalah.
-
Memiliki sikap profesional, bersifat terbuka (open minded) dan komunikatif.
-
Bertanggungjawab, jujur, disiplin dan tekun.
2. Sebagai pengabdi naluri
-
Penggemar alam, senibudaya, kemasyarakatan, kebangsaan dan falsafah.
3. Sebagai manusia biasa
-
Memiliki ketahanan fisik, kejiwaan, memikirkan masa kini dan masa datang.
-
Memupuk pengalaman, mengikuti perkuliahan dengan kesungguhan, mengikuti kuliah
geologi lapangan dengan baik, hadir disetiap seminar mahasiswa (kolokium) atau
seminar profesi dan melanjutkan ke pascasarjana (di jurusanmu juga sudah
tersedia lho, Saudara tinggal memilih, enak kan?).
2
APA ITU PROPOSAL?
Proposal tugas akhir ini adalah usulan
penelitian terhadap rencana penelitian yang akan Saudara lakukan pada saat
mengikuti tugas akhir yang terdiri dari kerja pustaka, kerja geologi lapangan
atau kajian data, kemudian diikuti kerja laboratorium dan studio. Bukan sekedar
menerima data olahan, tanpa mengetahui bagaimana memperolehnya, memilahnya,
memproses setiap jenis data, lalu menghubung-hubungkan kumpulan data tersebut.
Proposal merupakan bagian dari riset
atau tugas akhir. Apa itu riset? Riset adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan,
penyajian dan analisa data yang dilakukan secara sistematis dan efisien untuk
memecahkan permasalahan atau menguji hipotesa. Suatu metode pengumpulan data
disebut efisien kalau biaya, waktu, dan tenaga yang sama dapat memberikan data
atau hasil dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, proposal yang Saudara
susun memerlukan:
1.
Kejelasan perumusan tujuan, mengapa dan untuk apa dilakukan.
2.
Pemilihan dan kejelasan pendekatan dan metodenya.
3.
Ruang lingkup atau pembatas.
4.
Mengetahui sumber dan arti data.
5.
Memahami proses pemilahan jenis data, pengolahan dan kaitannya dengan sasaran
riset.
6.
Kemampuan menyimpulkan dan mensarikan hasil riset.
Isi dari proposal Saudara tentunya
terdiri dari:
A
Bagian awal:
1.
Halaman judul dan halaman persetujuan
B Bagian utama:
1.
Latar belakang
2.
Maksud dan tujuan penelitian
3.
Manfaat penelitian
4.
Tinjauan pustaka
5.
Rumusan masalah atau alur pikir penelitian
6.
Hipotesa
7. Landasan/tinjauan
teori: analisis lingkungan pengendapan,
analisis proses-proses geologi, analisis berbagai metode perhitungan
sumberdaya/cadangan, analisis kualitas batubara, analisis ketebalan lapisan
batubara dll.
8. Metode
penelitian: pendekatan, strategi
penelitian, ruang
lingkup (lingkup wilayah, materi, strategi, analisis), perolehan data (sumber
data, teknik pengumpulan data, bahan dan alat).
9. Jadual penelitian
10. Hasil penelitian
C. Bagian
akhir
1.
Daftar pustaka
2.
Lampiran
3
BAGIAN AWAL
HALAMAN JUDUL (jelas, ikuti
contoh yang ada di jurusan)
HALAMAN
PERSETUJUAN (jelas, ikuti contoh yang ada di jurusan)
4
BAGIAN UTAMA
A LATAR
BELAKANG
Latar belakang penelitian idealnya
dirumuskan sebagai review literatur atau mengungkap:
1.
Hal-hal apa saja yang melatarbelakangi penelitian di daerah penelitian Saudara
dan sekitarnya. Apakah ada permasalahan geomorfologi, stratigrafi, struktur
geologi atau permasalahan studi khusus yang Saudara anggap menarik, penting dan
perlu diteliti?
2.
Permasalahan khusus tersebut antara lain ingin mengetahui hubungan antara
kendali geologi terhadap kualitas batubara, geometri lapisan batubara
atau kendali intrusi terhadap derajat pematangan batubara dsb.
3. Apakah
ada hasil dari peneliti/laporan terdahulu yang masih merupakan masalah,
sehingga mendorong Saudara untuk melakukan penelitian di daerah tersebut atau
masalah tersebut?
4. Apakah
ada hubungan antara permasalahan-permasalahan tersebut dengan kendali geologi?
Bila ada tentunya perlu diketahui duduk perkara atau hubungannya dengan kendali
geologi atau proses geologi, selanjutnya perlu dicari pemecahannya.
Contoh:
1. Adanya
sesar regional berarah utara-selatan yang melalui daerah penelitian, tentunya
perlu diketahui bagaimana pengaruhnya atau perkembangannya di daerah
penelitian?
2. Secara
regional daerah penelitian berada di Cekungan Kutai yang dikendalikan oleh
struktur antiklinorium. Selanjutnya bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi
struktur geologi di daerah penelitian? Bagaimana pula pengaruhnya terhadap
kehadiran lapisan batubara?
3.
Stratigrafi regional Cekungan Kutai belum ditetapkan dengan pasti, terbukti
masih munculnya beberapa penamaan stratigrafi yang berbeda-beda dari para
peneliti. Oleh karena itu, dianggap perlu untuk mengetahui tatanan stratigrafi
daerah penelitian dalam kerangka stratigrafi regional.
B
MAKSUD
Maksud
penelitian lebih menjelaskan aspek administrasi dilakukannya penelitian.
Contoh:
Berdasarkan
kurikulum di lingkungan Jurusan Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta (UPNVY), maka kepada mahasiswa yang telah memenuhi syarat
diwajibkan antara lain untuk melaksanakan tugas akhir dengan melakukan pemetaan
geologi lapangan. Hal ini sebagai salah satu syarat untuk mengambil
skripsi/KP/studi kasus (apapun nama dan jenisnya terserah Saudara) dan
selanjutnya untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada program S1 di Jurusan
Teknik Geologi UPNVY.
C TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan adalah sesuatu yang ingin
dicapai dari penelitian ini. Oleh karena itu, perlu disebutkan secara spesifik
dengan menggunakan kata-kata operasional, yaitu menentukan, memastikan,
mengetahui, menghitung atau mengukur.
Tujuan harus bersifat ilmiah, jadi
menyangkut studi dan bukan syarat akademis, yaitu geomofologi, stratigrafi,
struktur geologi, sejarah geologi atau secara khusus mengenai bahan galian,
gerakan massa, metode geologi, metode eksplorasi dll.
Contoh:
1.
Bertujuan untuk menentukan satuan bentuklahan sekaligus mengetahui kendali
geologi yang mempengaruhi keberadaan bentuklahan yang ada.
2.
Bertujuan untuk mengetahui hubungan kendali struktur geologi terhadap aspek
geometri lapisan batubara atau mengetahui hubungan kendali lingkungan
pengendapan terhadap kandungan sulfur pada batubara dll.
D. LOKASI DAERAH PENELITIAN
Penjelasan mengenai lokasi daerah
penelitian meliputi:
1. Luas
daerah penelitian dan lembar peta dasar yang digunakan.
2.
Letak secara geografis, usahakan disertai koordinat UTM (ini standar di
lingkungan praktisi).
3. Letak
secara administratif.
4.
Kesampaian ke lokasi, jelaskan alternatif kesampaian dan kendala yang ada
secara rinci (pakai tabel).
5.
Karakteristik sosekbudkesmas yang penting dari masyarakat sekitar kaitannya
dengan kelancaran kerja lapangan (tentunya karakteristik masyarakat Gombong
berbeda dengan masyarakat Wonosari, Bengkulu, Bugis atau Banjar pada umumnya,
misal bahasa dan adat istiadat).
E. TINJAUAN PUSTAKA
Bukan sekedar mengutip judul berikut
siapa penulisnya, tetapi memuat uraian sistematis tentang hasil penelitian yang
didapat dari peneliti terdahulu (buku/ laporan/makalah) yang berkait dengan
daerah kerja Saudara, topik atau penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya
pada alinea terakhir dibuat evaluasi atau kesimpulan dalam kaitannya dengan
daerah penelitian dari berbagai pustaka yang diacu.
Contoh:
Dari
hasil kajian pustaka yang telah Saudara lakukan terhadap laporan peneliti
terdahulu baik yang berkait dengan daerah/lokasi juga berkait dengan
permasalahan geologinya serta penafsiran peta dasar/rupabumi, maka ada 3 hal
utama yang Saudara peroleh, yaitu:
1.
Kesampaian daerah dan aspek sosekbudkesmas:
a. Ada berapa alternatif jalur menuju
lokasi penelitian? Jalur mana yang paling mudah ditempuh? Apakah terdiri dari
jalan beraspal, berbatu atau jalan setapak ?
b.
Dimana tempat base camp yang
tepat? Tentunya yang berada di dalam daerah penelitian dan memiliki fasilitas
yang memadai.
c.
Penyusunan program kerja atau
rencana kerja lapangan.
2.
Geologi daerah rencana penelitian:
a. Apa
ciri kenampakan morfologinya? Ada berapa satuan bentuklahan? Apa pola
pengalirannya? Tekstur pengalirannya? Bentuk lembahnya?
b. Apa
hubungan antara karakteristik bentuklahan dan litologi, stratigrafi secara
terbatas dan struktur geologinya?
c. Ada
berapa satuan batuan utama yang berada di daerah penelitian? Bagaimana pola
sebarannya?
d.
Apakah ada contoh batuan yang dapat
diambil untuk analisa paleontologi?
e.
Apakah ada contoh batuan yang dapat
diambil untuk analisa petografi?
f. Apakah ada struktur utama yang
menerus di daerah penelitian?
g.
Struktur geologi apa saja yang
ada di daerah penelitian?
h.
Apakah struktur geologi dikontrol
oleh kenampakan morfologinya?
i.
Apakah indikasinya dapat di ikuti
dari satu tempat ke tempat yang lain?
j.
Apakah ada tubuh intrusi
batuan beku? Bagaimana kontaknya?
3.
Permasalahan peneltian:
a.
Dikaitkan dengan keilmuan.
b.
Dikaitkan dengan aspek
terapan/keekonomian.
c.
Atau studi khusus Saudara.
G
PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan muncul apabila terjadi
celah atau jurang antara harapan dan kenyataan, cita-cita dan capaian atau
rencana dan pelaksanaan. Misal mengetahui hubungan antara kendali proses-proses
geologi terhadap kualitas batubara, penentuan metode perhitungan cadangan
dengan tingkat akurasi tinggi, kurangnya pengetahuan dasar untuk menjelaskan
perbedaan ketebalan lapisan batubara yang bervariasi dll.
Mempermasalahkan mengandung unsur
penilaian dan bukan sekedar mempertanyakan, artinya mengandung unsur penilaian
terhadap keadaan (das Sein) berdasarkan ukuran-ukuran tertentu (das Sollen),
sekaligus proses induksi dan deduksi.
Suatu permasalahan merupakan bagian
dari permasalahan yang lebih besar dan akan membantu memecahkan permasalahan
yang lebih besar (pendekatan sistem).
Sumber merumuskan permasalahan antara
lain dari pengalaman atau pengamatan pribadi, diskusi/seminar, pernyataan
sumber yang lebih tinggi, kajian pustaka atau perasaan intuisif.
Permasalahan disusun secara deklaratif.
Dalam perumusan masalah perlu ditunjukkan kaitannya dengan permasalahan yang
lebih besar (latar belakang masalah)). Juga ditunjukkan manfaat yang akan
diperoleh jika permasalahan tersebut dapat dipecahkan melalui penelitian.
Artinya manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bidang terapan
(metode atau alat eksplorasi, seperti perhitungan cadangan) atau pembangunan.
H CARA PENELITIAN / METODOLOGI
Strategi
Strategi
penelitian adalah pemilihan pentahapan serta metode yang tepat sehingga
penelitian didapatkan dalam waktu yang singkat, biaya yang serendah mungkin dan
hasil penelitian yang optimal. Hal ini penting diperhatikan karena kegiatan
penelitian adalah suatu kegiatan yang memerlukan biaya cukup besar dan
mengandung risiko kegagalan.
Berdasarkan …… tersebut di atas,
maka tahapan yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Tahap
perancangan program (program design): melakukan kompilasi data melalui kajian
literatur, geologi regional, interpretasi citra (landsat), sintesa geologi,
keekonomian bahan galian. Hasilnya pengajuan hipotesa kerja.
2. Reconnaissance
(strategic): pemetaan cepat melintasi seluruh daerah sekaligus mendapatkan
gambaran umum geologi, bahan galian, pemanfaatan, pengembangan dan pola
transportasi serta pemasaran daerah sasaran serta informasi kesampaian, sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat sekitar. Hasilnya mendapatkan gambaran kondisi
geologi bahan galian secara menyeluruh dan keadaan sosial ekonomi budaya yang
akan digunakan sebagai dasar kegiatan inventarisasi pada tahap berikutnya.
3. Inventarisasi
dengan target penyelidikan permukaan (tactical): pemetaan geologi skala
1:25.000, pembuatan parit uji/sumur uji dan pengambilan contoh permukaan.
Hasilnya diketahuinya kondisi geologi bahan galian, kualitas dan sumberdaya
berdasarkan data permukaan serta kajian prospek pemanfaatan dan pengembangan,
aspek keekonomian dan identifikasi kondisi lingkungan.
4. Evaluasi
prospek: evaluasi terhadap hasil pemetaan bahan galian, yaitu:
a. Lokasi
dan sebaran dikaitkan dengan hubungan sekitar dan lingkungan.
b. Kualitas
dikaitkan dengan prospek pemanfaatan bahan galian.
c.
Sumberdaya dikaitkan dengan prospek pengembangan bahan galian.
d. Potensi
pertambangan di lokasi bahan galian dikaitkan dengan arahan penambangan,
pengolahan, pemasaran dan aspek lingkungannya. Secara keruangan dikaitkan
antara lokasi bahan galian dengan pemasaran, transportasi, pusat-pusat industri
pengguna, hubungannya dengan daerah perbatasan dan kebijakan.
5. Keekonomian
potensi pertambangan: adalah suatu aktivitas penanaman modal (investasi)
melalui kegiatan inventarisasi yang tujuannya untuk memastikan keberadaan bahan
galian yang ekonomis atau memperoleh manfaat (laba) dari hasil kegiatan
inventarisasi bila dikembangkan menjadi suatu industri pertambangan.
Bahan atau materi penelitian dan alat
yang dipakai
Tabel 1 Bahan dan alat yang dipergunakan
untuk pemetaan geologi.
NO
|
PETA-PETA DASAR
|
|||
1
2
3
|
Peta rupabumi Lembar Kajoran, skala 1:25.000 (2001)
Peta geologi lembar Kebumen, skala 1:100.000 (P3G, 2000)
Peta topografi skala 1:50.000 (U.S. Army Map Service, Far
East, 1964)
|
|||
II.
BAHAN YANG DIGUNAKAN DI LAPANGAN DAN STUDIO
|
||||
1
2
3
4
|
Plastik contoh
Kertas, tinta, disket , alat tulis
dll
Buku lapangan
Tabel pemerian litologi
|
5
6
7
8
|
Tabel data struktur
Larutan HCl 0,1 N
Pita bendera (flagging tape)
Tongkat
patok
|
|
PERALATAN
|
MERK
|
JUMLAH
|
||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
|
Kompas geologi
Palu geologi
Pita ukur 50 m
Loupe 10 X dan 20 X
Komparator butiran
Kamera
Handycam
Parang (katana)
Palu besar/godam
GPS
Altimeter
Tongkat Jacob
Kendaraan
|
Brunton
Eastwings
Tajima Symron
Rupper
-
Ricoh
Sony
-
-
Garmin III Plus
YCM Model 7030
Modifikasi buatan sendiri
Mobil Vitara/motor Lingling
|
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
|
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data diperoleh dengan dua cara, yaitu:
1.
Pengumpulan data sekunder, diperoleh dari:
a.
Bakosurtanal di Cibinong, yaitu peta rupabumi dalam bentuk hard copy
maupun digital.
b.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), yaitu peta geologi regional
lembar Kebumen.
c.
UPN “Veteran” di Yogyakarta melalui perpustakaan (juga perpustakaan di Jurusan
Geologi di UGM, STTNAS atau ITB dll), yaitu hasil penelitian skripsi mahasiswa
maupun penelitian dosen.
d.
Komunikasi atau penelusuran informasi melalui internet.
2.
Pengumpulan data primer, diperoleh dari:
a.
Pemetaan geologi di lapangan, antara lain melalui surface target
investigation (pemetaan skala 1:2.000), bukaan, parit dan sumur uji,
pembuatan profil singkapan, pengambilan contoh batuan untuk di analisis di
laboratorium.
Pemilahan jenis data dan pemprosesan
data:
1. Kajian
pustaka diproses menjadi fisiografi, stratigrafi regional, struktur geologi
regional atau hal-hal lain yang berkait dengan studi khusus (bila ada).
2. Dari citra
radar, foto udara atau peta topografi daerah penelitian, ditafsirkan lalu
diproses menjadi peta-peta tentatif untuk tafsiran litologi, struktur geologi/
kelurusan, stratigrafi secara terbatas dan proses-proses geologi.
3. Dari
hasil kerja geologi lapangan (harus dijelaskan apakah bersumber dari surface
investigation atau sub-surface investigation) didapatkan data lalu diproses
menjadi peta geologi dan penampang geologi, penampang stratigrafi terukur
(usahakan untuk menemukan data kritis).
4. Data
kritis pada singkapan batuan diproses (dibuat) menjadi profil-profil singkapan
batuan, foto atau sketsa, contoh untuk di analisis.
5.
Lintasan stratigrafi atau struktur geologi secara terukur, diproses menjadi
penampang stratigrafi atau penampang struktur geologi.
Analisis data:
Menganalisis peta topografi menjadi
peta bentuklahan tentatif berdasarkan aspek-aspek bentuklahan, sekaligus
menafsirkan kendali geologi terhadap bentuklahan.
Setelah ditambah data dari pengamatan
lapangan, langsung dibuat peta geomorfologi.
Menganalis data kritis (titik-titik
kontak, lokasi indikasi struktur geologi) pada peta lokasi pengamatan menjadi
peta geologi berdasarkan kaidah-kaidah pembuatan peta geologi (ingat Hukum
V).
Berdasarkan profil singkapan, penampang
stratigrafi terukur atau dari penampang bor, maka dapat ditentukan lingkungan
pengendapan.
Menganalisis hubungan karakteristik
lingkungan pengendapan dan struktur geologi dengan aspek geometri lapisan
batubara yang diteliti.
Membangun model geometri lapisan
batubara.
H
JADUAL PENELITIAN
Contoh:
Tabel 2 Waktu pelaksanaan dan tahapan pekerjaan.
BULAN-MINGGU
KEGIATAN
|
AGT
|
SEPTEMBER
|
OKTOBER
|
NOPEMBER
|
DESEMBER
|
|||||||||||||
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Administrasi Jurusan
|
||||||||||||||||||
Administrasi BBE
|
||||||||||||||||||
Pembekalan
|
||||||||||||||||||
Pengenalan lapangan
|
||||||||||||||||||
Pengumpulan data
|
||||||||||||||||||
Pemrosesan data
|
||||||||||||||||||
Analisa data
|
||||||||||||||||||
Penyusunan laporan
|
||||||||||||||||||
Persiapan kolokium
|
||||||||||||||||||
Kolokium
|
||||||||||||||||||
Persiapan sidang
|
||||||||||||||||||
Sidang
|
||||||||||||||||||
Santai: makan, tidur, makan, tidur, makan, tidur, dst
|
||||||||||||||||||
Wisuda
|
I
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian terdiri dari:
1. Pemerian
perolehan, pemilahan jenis data dan hasil analisis data dalam bentuk tabel,
bagan alir, penjelasan yang menyertai dll.
2. Disajikan dalam
bentuk peta lintasan dan lokasi pengamatan, peta geomorfologi, peta geologi dan
penampang geologi, peta isopach, iso sulfur, isocal, dll pada skala 1:2000.
Penampang stratigrafi terukur skala !:50, sketsa, foto dan lampiran-lampiran
data.
3. Dokumen laporan
dan hasil analisis laboratorium yang menyertai peta dan pemerian data tersebut
di atas.
5
BAGIAN AKHIR
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Diilhami dan mengacu dari pikiran besar
mereka yang terhormat para guru besar bidang geologi, yaitu Prof.
Koesoemadinata, Prof. Sukendar Asikin, Prof. Sampurno dan sedikit pengalaman
penulis. Terima kasih, hatur nuhun, suwun kepada beliau semua.
Ini belum selesai dan tidak tahu kapan
berakhir.
BAB
2 GEOMORFOLOGI
Geomorfologi dibahas untuk tujuan
mendukung kondisi geologi:
stratigrafi (sebaran dan sifat fisik
batuan) dan struktur geologi (pola struktur).
2.1 FISIOGRAFI CEKUNGAN
Ulas secara singkat disertai gambar,
kecuali bila ada hal-hal yang khas atau khusus kaitannya dengan daerah
penelitian.
2.2 BENTUKLAHAN DAERAH
PENELITIAN
Pembahasan geomorfologi daerah
penelitian hingga pembagian satuan bentuklahan (landform unit) mengikuti metode
tahapan kerja yang dijabarkan dalam suatu bagan alir berikut ini (Gb. 2.3).
Pembahasan
meliputi:
Dasar pembagian satuan bentuklahan:
aspek morfografi, morfometri dan morfogenesa (litologi atau struktur geologi
atau proses atau gabungan).
Untuk tiap satuan bentuklahan: uraikan
bagaimana aspek morfografinya, morfometrinya dan morfogenesanya.
Kemudian angkat
fenomena-fenomena bentuklahan rinci pada setiap bahasan satuan bentuklahan yang
kelak ada kaitannya dengan kondisi geologi yang ada. Misal pola punggungan yang
tidak menerus/tergeser (dengan sesar), pola punggungan yang melengkung (dengan
struktur lipatan menunjam), perubahan pola kerapatan bukit-bukit (dengan
litologi penyusun) dsb.
Stadia daerah ditentukan berdasarkan
kajian mengenai stadia erosi, stadia sungai dan hubungan struktur geologi
(kenampakan struktural) dengan bentuk morfologi (topografi).
Alinea terakhir setiap pembahasan
satuan bentuklahan harus menyimpulkan hubungan bentuklahan dengan kendali
geologi yang ada (lihat nomor 3).
Sertakan foto, analisa pola kelurusan
arah punggungan, analisa morfometri dsb.
2.3 POLA PENGALIRAN DAERAH
PENELITIAN
Pembahasan
meliputi:
Pola pengaliran: berhubungan dengan
litologi, struktur geologi dan proses.
Penyimpangan
aliran: berhubungan dengan litologi dan struktur geologi.
Tekstur
pengaliran: berhubungan dengan litologi.
Jenis sungai
berdasarkan tempat mengalirnya: bedrock stream atau alluvial stream.
Atas dasar 1
sampai 4, tentunya muncul hasil atau kaitannya dengan tafsiran litologi,
struktur geologi dan proses-proses dinamis yang berlangsung di daerah
penelitian.
Disertai dengan
peta atau gambar, tabel tekstur pengaliran dan foto.
BAB
3 STRATIGRAFI
3.1. STRATIGRAFI REGIONAL
3.2 STRATIGRAFI
DAERAH PENELITIAN
Pembahasan stratigrafi daerah
penelitian hingga penyusunan kolom stratigrafi idealnya mengikuti metode
tahapan kerja yang dijabarkan dalam suatu bagan alir berikut ini (Gb. 3.3).
Penamaan stratigrafi lokal didasarkan
pada kesamaan ciri litologi, sifat dan kedudukan kedudukan stratigrafi
masing-masing satuan batuan di daerah penyelidikan dan disebandingkan dengan
stratigrafi regional Cekungan Kutai.
Urutan stratigrafi daerah penelitian,
bahas dari tua ke muda dan penjelasan untuk tiap-tiap satuan batuan meliputi:
Sebaran dan
ketebalan
Membahas pola atau luas sebaran.
Singkapan tersingkap baik dimana.
Jelaskan kenampakan fisik batuan di
lapangan, termasuk kondisi lapuknya.
Sebutkan bila ada bentuklahan penciri.
Bagaimana sebaran vertikal.
Ketebalan berdasarkan pengukuran
penampang stratigrafi dan penampang geologi.
Contoh:
1.
Satuan ini merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian,
menempati bagian selatan, menyebar barat – timur.
2.
Sebaran singkapan Satuan Batupasir berarah timurlaut - baratdaya atau
sebarannya tidak begitu luas atau sebarannya terbatas di bagian tenggara daerah
penelitian.
3.
Dijumpai di lintasan Air Lahat, Sungai Jonggol, Kali Secang atau Lintasan I.
4.
Singkapan yang baik jarang dijumpai kecuali pada tempat-tempat tertentu seperti
di tebing jalan atau tebing sungai.
5.
Dibedakan dengan satuan batuan lainnya karena kandungan tufa yang dominan dan
warna lapuk yang khas yaitu kuning kecoklatan.
6.
Dicirikan oleh bentuklahan punggungan berarah Barat – Timur atau perbukitan
dengan lereng terjal atau dataran bergelombang sedang.
7.
Satuan ini umumnya memperlihatkan morfologi landai dan pada lintasan seringkali
tidak teramati dengan baik karena lapuk kuat dengan warna pelapukan abu-abu
kecoklatan.
8.
Bagian bawah Satuan Batupasir dari Formasi Talang Akar dicirikan oleh ………,
sedangkan bagian atas dicirikan oleh …….. (sebutkan mulai dari yang dominan).
9.
Ketebalan terukur maksimum yang yang tersingkap 425 m di lintasan IV dan
minimum 189,6 m di lintasan III. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi
tebalnya lebih dari 440 m (lihat penampang geologi A - A’).
Ciri litologi
1.
Jelaskan sesuai urutan stratigrafi dari bagian tua ke muda.
2.
Jelaskan mulai dari tekstur, komposisi, struktur sedimen.
3.
Kemudian diikuti penjelasan berdasarkan sayatan petrografinya.
4.
Sertakan gambar profil satuan batuan, foto litologi berikut struktur sedimen,
foto kontak satuan batuan, lampiran pemerian petrografi.
Contoh:
1.
Satuan batupasir dicirikan oleh batupasir dengan sisipan batulempung, batubara,
makin ke atas bersifat tufaan (Gb. 3.12).
2.
Satuan Batulanau-batulempung terdiri dari selang-seling batulanau dan
batulempung dengan sisipan batupasir dan batubara yang kearah atas bersifat
gampingan. Tebal tiap lapisan berkisar antara 10-20 cm dan 50-70 cm (Gb. 3.7).
3.
Batupasir berwarna abu-abu sampai kecoklatan, berbutir sedang-kasar, porositas
baik, agak keras, karbonan, kuarsa dengan struktur sedimen silang-siur mangkok
dan laminasi sejajar (Foto 3.9).
4.
Batupasir berwarna abu-abu sampai kehijauan, berbutir halus-sedang, porositas
sedang, agak keras, mengandung glaukonit, jejak binatang dengan struktur
sedimen perlapisan silang-siur mangkok, laminasi sejajar dan perlapisan
bersusun (Foto 3.19). Pada penafsiran arah arus purba berdasarkan pengukuran
struktur silang-siur dan kepanjangan sumbu fragmen konglomerat menunjukkan arah
umum N..E/..E (Gb. 3.7).
5.
Batulempung berwarna abu-abu terang sampai kecoklatan (warna lapuk), pecahan
konkoidal, kadang tufaan (Foto 3.23). pada tempat-tempat tertentu dijumpai
fosil kayu yang terawetkan (Foto 3.24).
6.
Batulempung berwarna abu-abu kecoklatan, pecahan konkoidal, lunak sampai agak
keras, karbonan, kadang memperlihatkan retakan, mengandung oksida besi, kadang
dijumpai amber (Foto 3.14). Dibeberapa tempat dijumpai sisipan batubara (Foto
3.15).
7.
Serpih umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, agak keras, karbonan, menyerpih,
dengan sisipan tipis batulempung dan batupasir halus. Tersingkap bagus di Air
Kemumu (Foto 3.9).
8.
Hasil analisa petrografi (BK-15) menunjukkan sayatan batupasir feldspathic
arenite dengan tekstur klastik dan sisipan lempung lanauan (20%). Disusun oleh
felspar (15%), kuarsa (10%), fragmen batuan (35%), glaukonit (4%) dan fosil
(1%). Menyudut tanggung sampai membundar tanggung, ukuran 0,3-0,5 mm, terpilah
baik, semen oksida besi, porositas (15%) berupa antar kristal (Lampiran A-9).
9.
Hasil analisa petrografi (BK-45) menunjukkan sayatan batupasir feldspatic
wacke, dibentuk oleh butiran klastik menyudut tanggung dengan pemilahan
sedang. Disusun oleh fragmen kristal (total 55%) mencakup felspar, kuarsa,
glaukonit dan mineral, opak, butiran fosil (10%) terdiri dari foraminifera,
moluska dan echinoid, fragmen batuan (5%) yang mengambang pada masa dasar
lempungan (20%), semen karbonat (5%). Porositas jenis partial dissolution
(5%).
10. Hasil
analisa petrografi (BK-12) menunjukkan sayatan tufa gelas kristal, bertekstur
vitroklastik, butiran menyudut, terpilah sedang, berkomposisi gelas (60%),
berbutir runcing, berupa segitiga lengkung, bersifat keruh akibat ubahan
lempung. Pecahan kristal (18%) terdiri dari felspar, biotit, kuarsa dan mineral
opak dengan porositas interpartikel dan vesikul (20%).
Umur
1.
Sebutkan dasar-dasar penentuan umur.
2.
Hasil analisis, untuk penentuan berdasarkan fosil langsung sebutkan fosil
penunjuk, sedangkan hasil lengkap ada di tabel.
3.
Tentukan kisaran umurnya.
Contoh:
1.
Penentuan umur Satuan Batupasir didasarkan atas kandungan fosil foraminifera
planktonik.
2.
Hasil analisa mikropaleontologi dari beberapa contoh terpilih (BK-03, BK-11,
BK-24, BK-123) memberikan fosil penunjuk: Globigerina pseudociperoensis, Globorotalia
mayeri, Globorotalia peripheroronda, Globorotalia orcheomenardii,
Globogerinoides sicanus, Praeorbulina transitoria.
3.
Umur batuan berkisar dari Miosen Bawah bagian atas sampai Miosen Tengah bagian
bawah atau N7 sampai N9 (Tabel 13).
4.
Umur Satuan Batupasir dari Formasi Balikpapan berdasarkan 12 contoh yang telah
di analisis (BK-5, BK-19, BK-47, BK-68, BK-99 dst), ternyata sangat terbatas
dijumpai adanya fosil penunjuk atau tidak dijumpai sama sekali (barren),
sehingga sulit ditentukan umurnya atau tidak dapat ditentukan umurnya. Meskipun
demikian, berdasarkan kedudukan stratigrafi dan kesebandingan dengan daerah
sekitarnya secara regional, maka umurnya adalah Miosen Tengah (Litbangtek
eksplorasi PPPTMGB Lemigas, 1997). Contoh diambil dari batugamping coquina yang
posisinya berada di bagian bawah Formasi Balikpapan, tepatnya di utara Jonggon
yang terdiri dari Miogypsinoides dehaarti, Lepidocyclina angulosa,
Lepidocyclina borneensis dan Amphistegina sp.
5.
Penentuan umur Satuan Batupasir Formasi Air Benakat didasarkan pada hasil
analisa mikropaleontologi dari beberapa contoh batuan terpilih (BK-5, BK-19,
BK-47, BK-68 dan BK-99). Dibandingkan dengan satuan serpih Formasi Gumai,
kandungan fosil foraminifera pada Satuan Batupasir Formasi Air Benakat lebih
sedikit, bahkan kadang tidak dijumpai sama sekali (barren) terutama di bagian
atas. Kumpulan fauna fosil plangktonik yang dijumpai menunjukkan beberapa fosil
penunjuk, seperti Globorotalia praemenardii, Cassigerinella chipolensis,
Hastigerina praesiphonifera, Hastigerina siphonifera dan Globigerinoides
altiaperturus. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera plangktonik
tersebut, maka umur batuan Satuan Batupasir Formasi Air Benakat ditafsirkan
Miosen Tengah sampai Miosen Atas atau zona N10-N12 (Tabel
3.25).
Lingkungan pengendapan
1.
Sebutkan dasar penentuan lingkungan pengendapan.
2.
Jelaskan masing-masing cara penentuan lingkungan pengendapan.
3.
Simpulkan lingkungan pengendapannya.
Contoh:
1.
Penentuan lingkungan pengendapan didasarkan atas beberapa aspek, antara lain
kandungan fosil foraminifera bentonik dan foraminifera besar, analisa struktur
sedimen dan analisa granulometri.
2.
Kandungan fauna fosil bentonik terdiri dari ……. dan fosil foraminifera besar
yang terdiri dari ……….. (Tabel 31). Menunjukkan lingkungan paparan dengan
kondisi laut terbuka dan kedalaman mencapai 300 meter.
3.
Hasil analisa granulometri (BK-146) menunjukkan lingkungan surf zone.
4.
Analisa struktur sedimen memperlihatkan sekuen struktur perlapisan bersusun
perlapisan sejajar, perlapisan silang-siur dalam lapisan batupasir yang
berselingan dengan serpih dan batulempung. Keseluruhan ini menunjukkan
lingkungan turbidit.
5.
Di dukung oleh kenampakan lapangan adanya geometri lensa (channel) yang dari
hasil analisa granulometri menunjukkan lingkungan turbidit.
6.
Dijumpainya asosiasi fosil foraminifera planktonik penunjuk umur tua dan muda
tercampur pada batuan yang sama seperti di lintasan Air Pilubang (Tabel 67).
7.
Berdasarkan 2, 3 atau 4, 5 atau 6, maka disimpulkan bahwa lingkungan
pengendapan satuan batupasir adalah ……………………
8.
Hadirnya fauna fosil bentonik seperti ………. yang menunjukkan lingkungan paparan
dangkal, laut terbuka dengan kedalaman sampai 100 meter.
9.
Dijumpainya sisa tumbuhan, amber/resin/damar dan cangkang Quinqueloculina
yang dilapisi pirit, maka menunjukkan pengendapan rawa-rawa tepi pantai dengan
kondisi reduksi.
10. Dari
analisa granulometri menunjukkan lingkungan surf zone.
11. Sehingga
secara umum berdasarkan 8, 9, dan 10, maka ditafsirkan diendapkan di lingkungan
…………
12. Lingkungan
pengendapan satuan perselingan batulanau-batulempung ditafsirkan pada
lingkungan transisi dari paralik sampai marin dengan kondisi tidak jauh dari
darat (tidal flat). Hal ini ditunjang oleh adanya sifat gampingan, kandungan
mineral glaukonit dan karbon serta sisipan batubara. Struktur sedimen berupa
paralel laminasi menunjukkan tingkat energi pengendapan rendah (tenang) dan
adanya burrowing serta struktur sedimen flaser dan lenticuler
bedding memperkuat anggapan di atas. Dari hasil analisa paleontologi
menunjukkan lingkungan laut tertutup (closed marine).
13. Lingkungan
pengendapan Satuan Batupasir Formasi Lemau adalah transitional lower delta
plain yang terdiri dari sub-lingkungan distributary channel dan beach.
Batupasir dengan struktur channel yang bermigrasi seperti yang dijumpai
di dinding jalan tambang (Foto 3.20) menunjukkan struktur silang-siur mangkok
dan laminasi bergelombang serta adanya pita dan fragmen-fragmen batubara
ditafsirkan diendapkan pada lingkungan distributary channel. Pada
batupasir bersih dan mengandung cangkang moluska terorientasi ditafsirkan
diendapkan pada lingkungan beach.
14. Pada profil
batubara seam 10 (Gambar 3.45) yang menunjukkan adanya parting batulempung
kaolinitan, batulanau karbonan yang mengandung lempung berpelet dan mineral
evaporit (gypsum?), jejak tumbuhan (plant remain) dan pita-pita batubara (coal
strings). Batubaranya sendiri banded coal perselingan antara vitrain
yang cemerlang dan cloro-durain yang kusam, menguatkan tafsiran bahwa
batubara diendapkan di lingkungan swamp yang disertai adanya aktivitas
gunungapi. Hal ini dibuktikan adanya material vulkanik halus dari parting
batulempung kaolinitan.
15. Kontak roof
memperlihatkan kandungan karbonan yang berangsur yang terdiri dari batubara
menjadi batulempung batubara dan batulempung karbonan yang mengandung carbonaceous
laminae dan coal strings. Kenampakan ini menunjukkan bahwa
pembentukan batubara berlangsung dalam kondisi tenang.
16. Pada kontak
floor dijumpai adanya rootlets yang tegak lurus bidang perlapisan, pokok
pohon (tunggul) dan gannister serta didukung oleh hasil analisa kimia
batubara dengan kadar abu kecil dan hasil petrografi batubara yang menunjukkan maceral
terawetkan secara baik dan hadir litotipe vitrain, clarain, durain
dan fusain. Berdasarkan bukti-bukti tersebut di atas, maka disimpulkan
bahwa tumbuhan/ material pembentuk batubara berada di tempat itu dan terbentuk
di tempat itu pula (insitu).
Hubungan stratigrafi
1.
Sebutkan bukti-bukti nyata yang dijumpai di lapangan maupun hasil analisa
laboratorium.
2.
Simpulkan berdasarkan data.
Contoh:
1.
Dari hasil pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan yang relatif sama.
2.
Adanya kontak langsung lapisan batuan antara …… dan ……. di lokasi pengamatan
BK-35, BK-67 dan BK-134.
3.
Tidak adanya kesenjangan umur berdasarkan contoh BK-45 dan BK-108.
4.
Berdasarkan kontak dengan satuan batuan yang terletak di atasnya, maka hubungan
stratigrafinya adalah selaras. Ditunjukkan oleh perubahan litologi secara
berangsur dari satuan batulanau menjadi satuan batulempung, arah jurus dan
besar kemiringan lapisan yang tidak menunjukkan perubahan berarti, begitu pula
dengan umurnya.
5.
Adanya perbedaan hasil pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, yaitu
pada Satuan Batulempung mempunyai pola umum N..E/..E, sedangkan pada Satuan
Batupasir pola umumnya N..E/..E.
6.
Dijumpainya kontak erosi antara …… dan ……. di lokasi pengamatan BK-35, BK-67
dan BK-134 berupa konglomerat alas.
7.
Adanya kesenjangan umur berdasarkan contoh BK-45 dan BK-108.
8.
Berdasarkan kontak erosi dengan satuan batuan yang terletak di atasnya dan
dijumpainya konglomerat alas (Foto 3.23), maka hubungan stratigrafinya adalah
tidak selaras. Selanjutnya berdasarkan perubahan litologi secara tegas dari
Satuan Batulempung menjadi Satuan Batupasir, perubahan kedudukan lapisan yang
menunjukkan perubahan berarti dan loncatan umur, maka termasuk jenis
ketidakselarasan bersudut.
BAB
4 STRUKTUR GEOLOGI
4.1 STRUKTUR
GEOLOGI REGIONAL
Menjelaskan:
1.
Posisi daerah penelitian di dalam cekungan.
2.
Batas-batas cekungan.
3.
Karakteristik cekungan.
4.
Hubungan/kaitan daerah penelitian dengan pola struktur regional.
4.2
STRUKTUR GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Pembahasan struktur geologi daerah
penelitian secara sistematis dilakukan berdasarkan tahapan kerja yang
dijabarkan dalam bagan alir berikut ini (Gb. 4.3).
Pembahasan
meliputi:
1.
Perolehan data lapangan (jenis data) apa saja.
2.
Pemrosesan dan analisa data.
3.
Hasil (kekar, sesar, lipatan) dan klasifikasinya.
4.
Mekanisme struktur dan evaluasi struktur geologi.
Contoh:
1.
Telah dilakukan pengambilan data lapangan berupa penafsiran citra radar atau
foto udara, pengukuran terhadap jurus dan kemiringan lapisan, pengamatan
gejala-gejala sesar seperti lipatan kecil, gawir sesar, zona breksiasi,
milonitisasi, bidang sesar dengan gores garis, pengukuran kekar, penjajaran
mata air dsb.
2.
Data lapangan tersebut kemudian di plot dalam peta geologi, di proses lalu di
analisa (jelaskan pemrosesan dan analisa dari tiap-tiap jenis data yang ada).
3.
Hasil rekonstruksi pada peta geologi dan penampang geologi, maka didapat
struktur geologi di daerah penelitian, yaitu struktur lipatan dan struktur
sesar.
4.2.1 Struktur lipatan
4.2.2 Struktur sesar
BAB 5
SEJARAH GEOLOGI
Bahas sejarah geologi daerah
penelitian, kemudian pada alinea terakhir kaitkan sejarah geologi daerah
penelitian tersebut dengan sejarah geologi regional, dengan kata lain daerah
penelitian berada dalam konteks sejarah geologi regional dimana dan kapan.
BAB
6 POTENSI GEOLOGI
BAHAN GALIAN INDUSTRI
BATUBARA
EMAS
HIDROKARBON
BANJIR
TSUNAMI
GERAKAN MASSA
GUNUNGAPI
DLL
BAB
7 KESIMPULAN
Pernyataan singkat dan tepat yang
dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran
hipotesa.
DAFTAR PUSTAKA
TERPILIH
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR FOTO
DAFTAR LAMPIRAN
Ditulis oleh Dr. Ir Bambang Kuncoro P, M.T
Ditulis oleh Dr. Ir Bambang Kuncoro P, M.T